Seperti yang kita ketahui bersama film upin-ipin sekarang sedang hangat-hangatnya dibincangkan dan digandrungi kalangan anak-anak.remaja hingga dewasa.Kenapa ini bisa terjadi?Padahal masih banyak kartun-kartun lain tetapi kenapa upin ipin serasa merajai ranah pertelevisian indonesia.Jelas-jelas upin-ipin ini bukan produk Indonesia.
Nah,di blog ini saya berkesempatan membahas hal ini.Menurut saya hal ini bisa terjadi karena totalitas dari orang-orang yang bekerja dibelakang layar.Seperti yang telah saya dan teman-teman lihat kemarin ketika mata kuliah psikologi pendidikan disajikan bagaimana behind the scene nya film upin ipin tersebut.Menurut saya benar-benar terlihat jelas mereka bekerja dengan technologi tinggi dan tidak lupa didukung dengan kreatifitas-kreatifitas mereka dalam mendesign tokoh-tokoh,membuat alur cerita,skenario serta latar-latar yang benar-benar terlihat nyata.
Satu hal yang sangat terlihat jelas dari team work ini adalah mereka tidak ingin menyajikan sesuatu hal yang asal-asalan.Kenapa saya bisa berkata seperti itu karena mereka menciptakan film ini dengan masa kerja hampir 3tahun.Waktu 3thn itu terkesan sangat lama hanya untuk tampilan film yang masa tampilnya hanya sekitar 90menit.Dan di katakan juga di behind the scene itu bahwa ketika mereka ingin menampilkan latar hutan mereka benar-benar mensurvey hutan tersebut dengan alasan supaya mereka bisa menampilkan sesuatu latar yang benar-benar nyata.Ini sangat jarang ditemukan di film-film kartun lain.
Dari situ saya bisa menyimpulkan bahwa mereka benar-benar mempunyai komitmen tinggi dalam bekerja dan berusaha memberikan yang terbaik.Jadi tidak salah ketika upin-ipin bisa se-fenomenal ini.Rasanya sangat pas jika dibandingkan dengan kerja keras orang-orang dibalik layar tersebut.
Jumat, 18 Februari 2011
Selasa, 15 Februari 2011
Bagaimana Pendapat Kelompok Anda Tentang Kewajiban Mahasiswa/i Memiliki E-mail Dan Membuat Blog?
KELOMPOK 5
Dewasa ini, proses pembelajaran masih di dominasi oleh pengajar dan anak didik tidak diberikan akses berkembang secara mandiri melalui proses pemikirannya. Suasana kelas cenderung teacher-centered yang mengakibatkan kepasifan. Itu terjadi karena pendidik tidak memiliki alat praktek. Di zaman yg modern ini pengetahuaan tidak hanya kita dapat dari text book, dari buku-buku yang isinya hanya menurut para ahli, tetapi kita juga perlu tahu apa pendapat teman teman kita tentang materi pembelajaran. Dale Schunk melakukan riset yang self efficancy, yaitu keinginan untuk menguasai situasi dan menghasilkan situasi yang positif (Dale Schunk 2001, Schunk & Etmer, 2000). Keahlian komunikasi diperlukan untuk menterjemahkan apa yang ada dipikiran anak didik tersebut agar bisa didiskusikan dan diaplikasikan.
Lalu inti dari membuat email dan blog ini agar pendapat, ide danaspirasi kita bukan hanya di dengar teman teman ataupun dosen ygmengajar, tetapi dapat juga dibaca oleh masyarakat luas. Blog sangat membantu kita dalam proses belajar. Gunanya apa? Sejak di bangku kuliah gini, kita sudah di didik dan diajarkan untuk bagaimana menyampaikan aspirasi terhadap masyarakat luas dan juga menghargai juga aspirasi aspirasi orang lain yg ada di blog tu. Dengan konsep belajar seperti ini cukup efektif untuk menambah wawasan murid.
Kalau soal e-mail, itu sangat bagus untuk menghemat penggunaan kertas dan lebih efisien karena bisa diterima kapan saja dan juga waktu pengumpulannya tidak harus bertemu dosen yang terkadang susah untuk dicari. Di medan ini masih jarang menerapkan hal ini, guru guru masih banyak yang belum aware tentang teknologi, mereka masih beranggapan itu merepotkan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
DR. Munir, M.IT. 2008. Kurikulum berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : Alfabeta.
Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan 2nd ed. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Trianto, M.Pd. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Selasa, 08 Februari 2011
Benarkah Technologi bisa Mengubah Pola Pendidikan?
Seperti yang kita ketahui bersama, dewasa ini technologi sangat berkembang pesat dan menjadi sesuatu yang sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan. Bisa diibaratkan technologi dan pendidikan adalah suatu kesatuan yang kompleks yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ini semua bisa terjadi akibat gaya hidup serta tuntutan pengaruh globalisasi yang memang mengharuskan kita berubah ke arah yang lebih modern.
Tetapi apakah dengan perubahan ini akan berakibat juga terhadap perubahan pola pendidikan? Menurut saya jawabannya adalah iya,dengan adanya techonolgi yang canggih ini anak-anak sekarang dituntut lebih mandiri dalam bidang pendidikan.Mereka dituntut untuk bisa mencari informasi dari banyak sumber dan juga memperluas wawasan mereka walalupun tanpa bimbingan pendidik.
Contoh-contoh perubahan pola pendidikan itu seperti dengan adanya internet,anak-anak akan malas membaca buku karena mereka beranggapan bahwa hanya dengan membuka internet dan mengetikkan apa yang mereka inginkan mereka akan dengan mudah menemukan jawabannya.Itu sangat praktis,ketimbang dengan membuka buku lalu mencari-cari halamannya dan membaca satu persatu halaman itu dan ternyata jawaban yang disediakan oleh buku sering membingungkan dan memerlukan pemahaman khusus.
Contoh yang lainnya adalah perubahan media yang digunakan pendidik terhadap murid misalnya yang dulu menggunakan papan tulis dan kapur ataupun spidol sekarang menggunakan alat technologi seperti infokus.Hal ini dinilai sebagai perubahan yang sangat mendasar.Dan sekarang kebanyakan pendidik meminta murid-muridnya mengirim tugas mereka ke e-mail yang dulunya selalu dikumpulkan dengan buku latihan.Karena dianggap lebih praktis dan efisien.
Perubahan ini secara sadar maupun tidak sadar merubah pola pendidikan itu sendiri dan tentunya memiliki efek positif maupun negatifnya tersendiri.Positifnya misalnya seperti tampilan pembelajaran bisa disajikan dengan lebih menarik sehingga membangkitkan semangat belajar anak.Tetapi efek negatifnya juga ada seperti menurunnya tingkat komunikasi secara langsung antara pendidik dengan muridnya.hal ini sangat berpengaruh terhadap kedekatan secara emosional terhadap pendidik dan muridnya itu sendiri.
Tetapi sebenarnya kedua efek tersebut bisa diselaraskan asalakan adanya pengendalian diri oleh individu-individu pengguna technologi tersebut.Jadikanlah technologi sebagai alat yang menunjang dan membantu proses pendidikan bukan malah dijadikan sesuatu hal penghambat dalam proses pendidikan itu sendiri.
Tetapi apakah dengan perubahan ini akan berakibat juga terhadap perubahan pola pendidikan? Menurut saya jawabannya adalah iya,dengan adanya techonolgi yang canggih ini anak-anak sekarang dituntut lebih mandiri dalam bidang pendidikan.Mereka dituntut untuk bisa mencari informasi dari banyak sumber dan juga memperluas wawasan mereka walalupun tanpa bimbingan pendidik.
Contoh-contoh perubahan pola pendidikan itu seperti dengan adanya internet,anak-anak akan malas membaca buku karena mereka beranggapan bahwa hanya dengan membuka internet dan mengetikkan apa yang mereka inginkan mereka akan dengan mudah menemukan jawabannya.Itu sangat praktis,ketimbang dengan membuka buku lalu mencari-cari halamannya dan membaca satu persatu halaman itu dan ternyata jawaban yang disediakan oleh buku sering membingungkan dan memerlukan pemahaman khusus.
Contoh yang lainnya adalah perubahan media yang digunakan pendidik terhadap murid misalnya yang dulu menggunakan papan tulis dan kapur ataupun spidol sekarang menggunakan alat technologi seperti infokus.Hal ini dinilai sebagai perubahan yang sangat mendasar.Dan sekarang kebanyakan pendidik meminta murid-muridnya mengirim tugas mereka ke e-mail yang dulunya selalu dikumpulkan dengan buku latihan.Karena dianggap lebih praktis dan efisien.
Perubahan ini secara sadar maupun tidak sadar merubah pola pendidikan itu sendiri dan tentunya memiliki efek positif maupun negatifnya tersendiri.Positifnya misalnya seperti tampilan pembelajaran bisa disajikan dengan lebih menarik sehingga membangkitkan semangat belajar anak.Tetapi efek negatifnya juga ada seperti menurunnya tingkat komunikasi secara langsung antara pendidik dengan muridnya.hal ini sangat berpengaruh terhadap kedekatan secara emosional terhadap pendidik dan muridnya itu sendiri.
Tetapi sebenarnya kedua efek tersebut bisa diselaraskan asalakan adanya pengendalian diri oleh individu-individu pengguna technologi tersebut.Jadikanlah technologi sebagai alat yang menunjang dan membantu proses pendidikan bukan malah dijadikan sesuatu hal penghambat dalam proses pendidikan itu sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)